twitter
rss

"Hooooaaamm..." ku buka mataku dan akhirnya aku terbangun dari tidurku dan langsung duduk. Ku lihat Ayah yang sedang sibuk berbincang di handphone, dan Pak Karyo, supir kami yang sedang serius membawa kendaraan kami. Dan aku melihat pemandangan sebelah kanan dan kiriku, terlihat hamparan sawah luas dan bukit-bukit. Aku sudah berada di Desa tempat tinggal Nenek ku!

    "Yah, masih jauh gak?" tanyaku
    "Sebentar lagi sayang" jawab Ayah dan langsung kembali ke handphonenya.

    Hmm.. Aku akan tinggal bersama Nenek setelah Bunda ku meninggal 1 bulan yang lalu. Oya, kenalkan, aku Dhita Gadis Pramurya, usiaku 16 tahun dan baru masuk kelas 1 SMA. Aku anak bungsu dari 3 bersaudara. Kakak pertamaku, Birma Hadi Pramurya, usia 23 tahun dan sekarang dia sedang kuliah di Perancis karena dapat beasiswa. Kakak ku ini memang super jenius lho! Dan kakak kedua ku, Ceyla Putri Pramurya, dia sudah Almarhumah. Dia meninggal saat kelas 3 SMP, dia kecelakaan disaat kemping. Dia memanjat pohon dan terjatuh, kepalanya membentur batu besar yang ada dibawah. Malang nian kakak ku yang cantik ini.

    Dan Bundaku, Anytha Larasati, meninggal karena sakit. Aku tidak tahu Bundaku sakit apa, Ayah dan Kak Birma tidak mau memberitahuku! Ayahku, Andi Pramurya adalah seorang Manager disebuah perusahaan yang cukup besar di Bandung. Ayah selalu sibuk, makanya Ayah mengirimku ke rumah nenek untuk tinggal bersamanya karena dirumah tidak ada lagi yang bisa mengurusku, dan aku pun akan memulai pelajaran baru di kelas 1 SMA. Ya, aku akan sekolah disana.

    "Sayang, kita sudah sampai. Ayo bangun!" Ayah membangunkan ku
    "Emmm.. masih ngantuk, Yah!"
    "Dhita, ayo bangun! Itu nenek sudah menunggu"
   
    Akupun bangun dan langsung melihat Nenek ku yang sudah berdiri didepan rumah dengan wajah yang terlihat sangat merindukan cucunya ini..

    "Neneeek. . . Dhita kangen Nenek!" teriak ku sambil berlari keluar mobil
    "Iya sayang, Nenek juga kangen Dhita"
    "Nenek gimana kabarnya? Si Endut mana, Nek?"
    "Nenek baik-baik aja, tuh si Endut dibelakang lagi tidur. Kucing itu sekarang kurus!"
    "Kok kurus? Nenek gak kasih makan ya?"
    "Dia udah kebanyakan ngelahirin anak"
    "Wahh.. dasar kucing centil! Hahaha"

    Aku pun bergegas masuk kedalam rumah dan mencari-cari kucing yang sudah lama ku tinggalkan. Tapi tak ku temukan, mungkin dia sedang mencari pasangan. hehehe..

    Malampun tiba dan aku sudah bersiap-siap untuk tidur lagi. Tapi aku mendengar percakapan antara Ayah dan Nenek.



    "Bu, aku titip Dhita ya? Nanti akan aku kirimkan uang setiap bulan. Dan Birma akan segera menyusul kesini"
    "Iya, ibu akan jaga Dhita dan Birma. Kamu sudah mendaftarkan Dhita buat sekolah disini?"
    "Sudah, bu. Oya, aku minta maaf, karena besok pagi aku akan kembali ke Bandung"
    "Kenapa buru-buru? Kamu gak bisa tinggal beberapa hari lagi?"
    "Tidak bisa, bu. Banyak pekerjaan dan rapat di kantor. Aku harus segera kembali, lagipula aku bekerja untuk kita semua"
    "Ibu mengerti, bebanmu bertambah setelah kepergian istrimu. Tapi kamu jangan terlalu sibuk, anak-anakmu butuh perhatian darimu. Hmm, apa tak sebaiknya kalau kamu mencari pengganti Anytha?"
    "Aku masih belum tahu, bu. Kalau aku mencari istri lagi, bagaimana dengan Birma dan Dhita? Apa mereka mau?"
    "Mereka sudah besar, apalagi Birma. Ibu yakin mereka bisa mengerti kondisimu. Bukan mereka saja yang harus diurus, tapi kamu juga, An"

    Aku kaget mendengar perkataan Nenek, aku sudah tidak mau lagi mendengar mereka. Akupun langsung ke tempat tidurku dan menutup telingaku dengan bantal. Aku sangat kesal! Bagiku tak ada ibu baru! Tak ada pengganti bunda! Aku dan Kak Birma bisa mengurus Ayah kalau sudah tua nanti! hiks..
   
    Ku dengar ayam berkokok saat pagi menjelang, aku tak biasa mendengar kokok ayam karena biasanya aku terbangun oleh alarm di handphone ku. Hmm.. tidurku nyenyak sekali, mungkin karena kelelahan setelah menempuh jarak yang cukup jauh. Selain itu, akupun terlelap dalam kesedihan karena kejadian malam tadi.

    Aku duduk dan melihat ke arah jendela kamar, ku buka tirainya dan ku lihat pemandangan yang sangat indah. Dari kejauhan terlihat ada sebuah danau kecil, dengan satu pohon besar dan matahari yang terbit. Ingin aku kesana. Maka aku langsung bergegas keluar kamar dan lari keluar rumah.

    "Dhitaaa, kamu mau kemana?" tanya Nenek
    "Dhita mau ke danau!" teriak ku sambil terus berlari
    "Hat-hati! Cepat pulang, Ayah mau ke Bandung lagi!"
    "Iya, Nek. . ."

    Huhh.. akhirnya aku sampai juga. Dan aku sangat takjub melihat pemandangan disekitar tempat ini, indah sekali! Angin sepoi-sepoi dengan lembut menyentuh wajahku dan mengelus rambutku. Kicauan burung-burung kecil, warna-warni dan harum bunga-bunga yang bermekaran, hamparan rerumputan hijau, suara air dari danau yang tenang, benar-benar membuatku suka dengan tempat  ini! Tapi, aku ingin melihat pemandangan disini dari atas pohon besar. Pohonnya tak terlalu tinggi, aku rasa aku bisa menaikinya.

    "Hmm.. naik gak ya? Tapi kalo ketauan Ayah gimana?" gumamku
    "Udah, naik aja! Gak akan ketauan kok!" kata seseorang yang sepertinya anak laki-laki
    "Hah? Siapa tuh?!"
    "Situ siapa? Ngapain disini?"
    "Eh.. Eh.. Kamu dulu dong jawab! Kamu siapa? Kamu ada dimana sih? Keluar dong!"
    "Kamu orang baru ya disini?"
    "Emm, iya! Eh, keluar dong!"
    "Hahaha. . ."
    "Ih.. kok ketawa? Kamu siapa? Keluar!"
   
    Tak ada jawaban lagi. Aku bingung, sebenarnya dia ini siapa? Dan ada dimana? Ada suara tapi gak ada orang! Apa jangan-jangan... Hiii... Bulu kuduk ku jadi merinding! Lalu aku teringat pesan nenek supaya aku cepat pulang karena Ayah akan kembali ke Bandung. Aku segera berlari ke rumah nenek dengan meninggalkan rasa penasaranku pada suara anak laki-laki tadi.

    Setibanya dirumah, aku sudah melihat Ayah yang sedang bersiap-siap dan Pak Karyo yang sedang memanaskan mesin mobil.

    "Ayah, sibuk banget sih?"
    "Iya maaf ya, Dhita. Mau gimana lagi? Ayah gak kerja, kamu, Kak Birma dan Nenek gimana? Ayah janji, Ayah akan sering-sering jenguk kalian ya?"
    "Hmm.. sehari lagi apa gak bisa, Yah? Padahal Dhita mau nunjukin tempat yang bagus ke Ayah!"
    "Maaf Dhita, Ayah gak bisa. Emm, emang tempat apa? Dimana?"
    "Ada deh.. Dhita mau kasih tau kalo Ayah mau tinggal sehari lagi disini!"
    "Dhita, Ayah kamu kan mau kerja. Ayah kamu lagi sibuk" kata Nenek
    "Hmm... yaudah nanti aja, Yah"

    Dan ya, aku tak bisa mencegah Ayahku pergi. Akhirnya aku tinggal bersama Nenek, hanya aku, nenek dan si endut. Sekarang sudah siang, aku duduk diteras rumah sambil bermain dengan si Endut. Sementara nenek sedang memasak.

    "Eh, ndut, aku penasaran deh sama suara itu. Sebenernya dia siapa ya? Kamu tau gak?" tanyaku
    "Meong.. meong.. meong.."
    "Oh, gitu. Kamu juga gak tau ya?"
    "Meong.. meong.."
    "Kamu juga penasaran? Hmm, gimana kalo kita ke sana? Kali aja orang itu masih ada!"
    "Meong..."

    Akupun minta izin pada nenek untuk pergi ke danau itu lagi dan nenek memberi pesan supaya tidak pulang sore. Aku pergi kesana bersama si Endut. sambil jalan aku memperhatikan perut si endut, badannya kurus tapi perutnya buncit!

    "Eh, ndut, kamu lagi hamil lagi ya?"
    "Meong.."
    "Siapa yang ngehamilin kamu?"
    "Meong.. meong.. meong.."
    "Ceileh, pake malu-malu! bilang aja kali!"
    "Meong.."
    "Eh, ndut, anak kamu sekarang berapa?"
    "Meong.. meong.. meong.. meong.. meong.."
    "Lima?! Widihh.. kamu gak ikut program KB apa? 2 anak cukup tau!"
    "Hahaha. . ."
    "Eh? Kamu bisa ketawa ndut???" tanyaku heran
    "Mana ada kucing yang bisa ketawa?" jawab anak laki-laki
    "Eh, kamu pasti yang tadi pagi ya?" tanyaku
    "Iya"
    "Kamu siapa? Kamu dimana? Keluar dong!"
    "Buat apa kamu tau aku?" tanyanya ketus
    "Ya, aku mau tau aja. Lagian kamu tuh aneh, dari pagi sampai sekarang betah banget ada disini?"
   
    Dan tak ada jawaban. Aku mencari-cari anak laki-laki ini, tapi tak ku temukan! Dan aku kaget ketika tiba-tiba dia sudah ada dibelakangku. Astaga! Anak laki-laki ini mempunyai wajah yang tampan, badan yang tegap dan tinggi. rambutnya hitam lurus, matanya hitam dan tatapannya tajam, kulitnya putih dengan hidung mancung khas orang arab.

    "Hai" sapanya
    "E.. hai juga" jawabku gugup
    "Nama kamu siapa? Aku Adith" katanya memperkenalkan diri
    "E.. Ditha. Emm, lengkapnya Ditha Gadis Pramurya!"
    "Haha.. Lengkap amat?"
    "Nama lengkap kamu apa?"
    "Gak usah tau! gak penting!"
    "Hmm..."
    "Hehe.. Eh, kamu itu gila apa stress sih? kucing diajak ngomong! Hahaha"
    "Meong.." sepertinya si endut ngerti bahasa manusia, hihi..
    "Eh.. ngomong-ngomong, tadi kamu ada dimana?"
    "Aku.. emm.. kamu ngapain disini? Tau darimana tempat ini?"
    "Aku.. aku gak ngapa-ngapain, cuma lagi jalan-jalan aja. Aku tau tempat ini soalnya aku liat dari jendela kamar aku"
    "Oh.. kamu orang baru ya disini?"
    "Ya gitu deh.. aku baru pindah kemarin. Aku cucu nek ida, aku dari bandung, dan aku akan tinggal disini"
    "Oh, gitu. Eh, kamu cepat pulang sana! Nanti kamu dicariin lagi"
    "Ah, iya! Udah sore. Ayo ndut kita pulang! Dah.."

    Akupun pulang dan meninggalkan anak laki-laki itu sendirian, makin jauh aku melangkah, bayangan anak laki-laki itu pun makin menghilang tertutup kabut. Hmm.. Adith. Cowok ganteng. hehehe..

    Saat makan malam..

    "Kamu abis ngapain sih dhit?" tanya nenek
    "Jalan-jalan.. refreshing"
    "Hati-hati lho maen disana. Itu kan tempat sepi, jarang ada orang yang lewat situ. Kamu juga jangan sekali-kali naik pohon besar yang ada disana ya!"
    "Lho? Emang kenapa nek?" tanyaku heran
    "Kamu ini, nanti kamu jatuh! Pohonnya kan tinggi begitu"
    "Ah, nenek. Aku kan jago panjat, gak kaya kak Ceyla!"
    "Hushh! Kamu ini ditha, gak boleh gitu!"
    "Hehe.. iya maaf nek. Em, maaf ya kak Ceyla-ku yang cantik.. Oya nek, danau itu namanya apa?"
    "Gak ada namanya"
    "Lho? Gak ada? hHmm.. terus emang bener ya disitu sepi? Jarang ada orang?"
    "Iya, disitu sepi banget. Orang-orang takut kalo lewat situ"
    "Emang kenapa nek?"
    "Udah ah, nenek serem ceritainnya!"
    "Yah nenek.. padahal nek, itu kan tempat yang indah, bagus! Pohonnya gede dan gak tinggi kok! Daunnya lebat banget, enak buat ngadem, buat berteduh."
    "Udah ah! Kamu tidur gih!"

    Dan setelah makan malam aku lagsung kembali ke kamar. Sedang memikirkan perkataan nenek...

    "Apa bener itu tempat yang ditakuti? Kenapa? Padahal itu tempat yang bagus. Adith.. dia siapa ya? Dimana rumahnya? Dia orang bukan ya? Apa penunggu pohon itu ya? Hiiii... tapi hantu kok ganteng! Haha..." dan akupun terlelap tidur.

    Ketika pagi menjelang aku sudah siap-siap untuk berangkat ke Sekolah baru. Bertemu dengan semua hal yang baru! Sekolahku tak terlalu jauh dari rumah nenek dan tempat misterius itu. Setelah berkenalan dengan guru dan teman baru, aku sudah mulai mengikuti pelajaran. Saat istirahat aku tidak pergi ke kantin, aku bawa bekal dari rumah sekalian hemat. Hehe.. dan sambil makan aku melihat ke jendela dan terlihat juga tempat misterius itu! Aku perhatikan tempat itu, memang terlihat sangat sepi. Kemudian ada 2 orang teman baruku yang menghampiriku. Lisna dan Heri.

    "Kamu gak ke kantin dith?" tanya lisna
    "Emm, enggak, Na. Aku bawa bekel, mau?"
    "Engga ah, makasih"
    "Eh, kamu dari Bandung?" tanya Heri
    "Iya, aku dari Bandung"
    "Wah, bisa ngomong bahasa sunda atuh?"
    "Iya, bisa"
    "Hehehe.. tuh pan, ceuk aku ge. Ditha pasti bisa! Bener teu?"
    "Bener.. bener.." jawabku
    "Hahaahahahaha. . . " kami tertawa dan mengobrol bersama.

    "Krrrrrrrrriiiiiiiiiiiiinnggg..." bel pulang sekolah sudah berbunyi. Aku, lisna dan heri pulang jalan kaki bersama, arah rumah kami searah. Sambil jalan kamipun mengobrol, dan sekalian mencari tahu tentang tempat misterius itu.

    "Lis, kamu tahu tempat yang dibelakang bukit dekat sekolah itu gak?" tanyaku
    "Yang ada danau dan pohon besarnya ya?"
    "Iya"
    "Hmm.. itu tempat serem dith! Kamu jangan kesana!"
    "Iya dith! Jangan kesitu yah! Sieun.. hiii" tambah Heri
    "Lho? Serem kenapa? Tempatnya kan bagus!"
    "Eeehh.. ditha mah, kamu pasti belum tau yah?"
    "Tau apa?"
    "Tempat itu katanya angker, dith" kata Lisna
    "Iya, angker pisan! Aku pernah kesitu sekali, dan aku langsung sakit!" tambah Heri
    "Lha? Sakit kenapa?"
    "Kasibat!" jawab Heri
    "Hahaha.. hmm, gini dith, ditempat itu katanya sering terdengar suara orang yang lagi nangis, yang lagi kesakitan, yang lagi nyanyi, terus kadang pohon yang gede itu suka goyang-goyang sendiri, biasanya terjadi pagi-pagi dan sore hari, dith" jelas Lisna
    "Ohh.. gitu. Terus kalian tau anak cowok yang namanya Adith gak?" tanyaku
    "Adith? Saha eta teh? Orang mana?" Heri balik bertanya
    "Aku juga gak tau dia siapa dan orang mana. Tapi aku pernah kenalan sama dia ditempat itu. Orangnya putih, tinggi, kaya blasteran arab gitu.."
    "Hahh?? Saha nya?"
    "Kamu kenalan ditempat itu dith?" tanya Lisna
    "Iya"
    "Haha.. ngarang kamu! Disana kan gak pernah ada orang. Emang kamu berani kesana?"
    "Beneran! Aku pernah kesana dan aku kenalan sama dia!"
    "Hahaha.. ah, Ditha mah aya-aya wae!" kata heri
    "Tapi.. aku.."

    Mendengar cerita teman-temanku dan Nenek, aku jadi agak takut untuk kesana lagi. Tapi jujur, aku penasaran dengan tempat itu dan Adith..
    Siapa dia?

    Hari berganti hari, aku melewatkan waktu bersama Nenek dan si Endut di rumah, juga teman-temanku di Sekolah.. dan sudah lama juga aku tidak pergi ke tempat misterius itu lagi. Bahkan aku sempat lupa dengan Adith. Maka suatu hari, aku mengajak teman-temanku untuk pergi kesana.

    "Lis, besok mau gak temenin aku?" tanyaku pada Lisna
    "Kemana?"
    "Ke bukit itu!"
    "Ah, nggak, ah!"
    "Kenapa? Mau dong! Mau!"
    "Nggak mau, Dith! Aku takut.. Heri aja!"
    "Aku traktir bakso deh! Yah? Yah?"
    "Heri aja!" Lisna tetap menolak
    "Hmm, Heri, ikut aku yuk besok?"
    "Kemana? Ke danau itu nya? Gak mau ah! Sieun! Lisna we tuh!" jawab Heri sambil menunjuk Lisna
    "Hmm.. yaudah kalo kalian gak mau! Aku aja sendiri!"

    Lisna dan Heri hanya menggeleng-geleng kepala.

    Minggu pagi aku dan si Endut pergi ke danau itu. Walau aku sempat dilarang Nenek, tapi aku tetap ingin kesana dan akhirnya nenek menyerah sehingga mengizinkan aku untuk pergi. Aku tidak langsung pergi ke tempat itu, dari kejauhan aku memperhatikan tempat itu. Disana masih terlihat sepi, yang aku tunggu tak muncul-muncul juga. Adith, dimana dia?

    Setelah cukup lama aku menunggu akhirnya aku memutuskan untuk pergi kesana. Setelah tiba disana, masih juga tak kutemukan seorangpun! Aku dan si Endut duduk dibawah pohon besar yang rimbun sambil menikmati pemandangan yang indah dan hangatnya cahaya matahari pagi. Dan aku merasa agak mengantuk, sementara si Endut sudah tertidur duluan. Saat aku akan memejamkan mata, tiba-tiba aku mendengar suara seseorang memanggilku.

    "Hey.. hey, kamu! Ditha!"
    "Ah.. siapa tuh?" jawabku kaget
    "Disini, Dith! Diatas!"
    "Eeehh.. Adith! Ngapain kamu diatas pohon?"
    "Hehe.. sini aja, Dith! Kamu bisa manjat pohon kan?"
    "Eh.. iya, bisa!"

    Akupun memanjat pohon besar dan rimbun itu. Karena tak terlalu tinggi, aku tak kesulitan untuk memanjatnya.

    "Hmm, waaahh.. indah banget liat dari sini!"
    "Iya, memang"
    "Pemandangan jadi lebih indah ya kalo diliat dari atas pohon ini? Emm, jadi ini sebabnya kamu sering kesini?"

    Adith hanya tersenyum.

    "Kamu tiap hari kesini kan?" tanyaku
    "Iya"
    "Kenapa?" tanyaku lagi
    "Aku bosan dirumah"
    "Bosan? Kenapa? Rumah kamu sepi ya?"
    "Haha.. enggak. Justru rumah aku selalu rame"
    "Lha? Terus kenapa bosan?"
    "Aku bosan rumahku selalu rame, aku ingin rumahku sepi"
    "Kok gitu?"
    "Kamu ngapain disini?" Adith mengalihkan pembicaraan
    "Eh, aku.. eh, Dith, aku mau tanya, tempat ini namanya apa sih?"
    "Tempat ini gak punya nama"
    "Terus apa bener cerita orang-orang tentang tempat ini yang katanya.."
    "Iya, bener"
    "Bener??!!"
    "Iya, disini sering ada yang nangis, nyanyi, kesakitan.."
    "Emm.. kamu gak serem dith?"
    "Aku udah biasa kok"
    "Hehe.. oh, gitu ya?"

    Anak yang aneh ku pikir, lalu aku dan dia terdiam sejenak..

    "Dith, kamu sekolah?" tanyaku
    "Enggak"
    "Kenapa?"
    "Harus aku jawab?" jawab Adith dingin
    "Emm, hehe.. kamu tinggal dimana?"
    "Kamu gak akan mau tau"
    "Emm, terus kalo aku mau main sama kamu gimana?"
    "Temuin aku disini"
    "Disini? Emang setiap hari kamu disini? Keluarga kamu gak nyariin kamu?"
    "Dith, lebih baik kamu pulang!"
    "Hah? Kenapa?"
    "Udah kamu pulang aja, karna aku juga mau pulang"
    "Oh, gitu? Emm, yaudah.."
    "Kamu turun duluan, hati-hati"
    "Iya. Aku pulang ya! Besok kita ketemu disini lagi, ya?"
    "Aku tunggu" jawab Adith singkat

    Dan akhirya aku pulang bersama si Endut yang ku pangku karena masih tertidur. Dan saat aku melihat ke atas pohon, Adith sudah tak ada disana. Benar-benar anak yang misterius!

0 komentar:

Posting Komentar